Kamis, 27 November 2008

menapaki hitamnya jalanan..

sesosok renta menapak lelah
membopong senampan minuman botol

saarah mata memandang
terulur beberapa lembar ribuan
tertukar dengan sebotol air

begitu dalam arti lembar" biru itu
bagi sang pendekar, yang syahid demi anak istrinya
kumohon beri dia kekuatan menapak jalan hitam ini

siang begitu kejam
hari ini aku pulang,
entah ini yang keberapa kutatap wajah renta itu

selalu setia...

mewarnai ramainya tirtonadi...

Selasa, 18 November 2008

bintang

Banyak bagian dari kehidupan ini, bahkan semua mungkin, yang berbagi prinsip yang sama.

Bukan gelap yang membutakan matamu. Tapi terang! Lampu telah membutakan matamu dan memanjakannya, percaya itu. Ketika kamu keluar dari terang dan menuju gelap, percayailah matamu! Ia yang akan melindungimu dan tak akan berbohong padamu. Kau bisa melihat apa yang ingin kau lihat hanya bila kau ingin berdamai dengan matamu.

Ketika kamu keluar dari terang dan menuju gelap melihat bintang, mulanya hanya bisa kamu jumpai satu dua titik terang. Kamu bingung, langitkah yang berkabut atau matamulah yang. Tapi bersabarlah, tunggu lebih lama. Buka matamu, beradalah di situ, dan tetaplah berjaga jaga! Nyalakanlah terang dalam matamu dan carilah bintang di angkasa! Sayangilah gelap maka ia akan menyayangimu!

Dan tak lama kau pun akan bisa menjumpai bintang bintang yang lain. Bahkan kau akan terkagum kagum karena ternyata di langit atas sana seluruhnya hampir penuh oleh bintang! Kau hanya tidak mau menunggu saja, kau tidak mau menunggu dan berjaga jaga sedikit saja lebih lama. Sedikit saja!

Karena sesungguhnya langit malam itu penuh bintang
Kau butuh gelap untuk melihat terang
Dan kau butuh gelap lebih lama untuk bisa melihat bintang!
Begitu juga hidup kita manusia...

Kamis, 06 November 2008

a.s.a

Sukoharjo, 06 november 2008, 00.01


Juga malam ini….
Seperti lembaran yang lalu,
Tetap kutegakkan hatiku untukmu
Mencoba menepis semua keraguan
Walaupun ku sadar semua kian semu

Tlah kujatuhkan pilihanku
Kuikat asaku pada teduh auramu
Seorang dewi penakluk
Bersenjata mata bening dan helai kelam itu
Membius setiap jalur urat nadiku
Seakan bayangmu kian nyata
Membakar seutuh jiwa segenap raga
Menaklukkan hati mati ini
Menuai asa yang terlalu tinggi
Laksana merengkuh puncak jaya
Menuai edelweiss biru di puncak bromo
Kuyakin ini bukan ilusi

Kurentas asaku untuk mendapatkanmu
Membagi tiap lembar hidupku denganmu
Menempuh derasnya hidup dengan kau disampingku
Walau tidak sekarang,
Takkan pernah kukatakan “ jadilah pacarku…”
Terlalu bodoh bagiku,
Tak lebih pintar dari keledai
Karena kuyakin aku kan katakan



“menikahlah denganku dewi shintaku…”



*************

Kutulis saat jam membentuk garis lurus disetiap pergantian hari,
Selurus asa ini…